Setiap orang memiliki jalan cerita masing−masing dalam menjalani adegan kehidupan. Adegan kehidupan ini adalah bagian dari takdir yang tidak akan pernah bisa di elakan apalagi disudahi. Karena jika melakukan keduanya maka berakhir lah tentang kehidupan.
Membahas tentang Takdir berarti membahas tentang dua hal yaitu ditetapkan dan dipilih. Meskipun keduanya sama−sama perannya dalam menentukan jalannya hidup, namun tetap saja merupakan bagian dari rahasia Illahi. Dimana kita dan semua orang tidak akan pernah tahu bagaimana arah jalan kehidupan nanti.
Hal tersebut Seperti yang telah saya ungkapkan dalam tulisan pendek saya “The Judgement”. Dimana saya menulis disana tentang bagaimana sebenarnya kita tidak akan mampu memahami lebih mendalam mengenai jalan kehidupan diri kita sendiri. Begitu pula kita tidak akan pernah mampu memahami kehidupan yang dijalani orang lain, mengapa?. Memahami dan menyelesaikan kehidupan sendiri saja perlu banyak waktu, tenaga dan biaya yang dibahabiskan. Apalagi dengan ingin memahami dan menyelesaikan kerumitan hidup seseorang, baik sekali bukan ?!. Karena titik berat dari cerita yang saya tulis tersebut adalah agar kita tidak usah tahu dan jangan cari tahu akan kehidupan orang lain yang sedang mereka jalani, walaupun kita tidak sengaja mendengar kisahnya. Hal ini karena, Bisa jadi apa yang sedang diperdengarkan dalam cerita tersebut adalah bukan peristiwa yang sesungguhnya. Namun apabila sebaliknya, yaitu benar adanya maka bisa jadi adalah jalan hidup yang memang harus mereka lalui pedih−perihnya agar menjadi titik tolak dalam berkehidupan yang lebih baik.
Karenannya kita tidak akan pernah tahu dan tidak akan pernah paham tentang ikhwal perjalanan seseorang yang tentunya begitu rumit. Sehingga ketidaktahuan dan ketidak pahaman itulah yang harus menyadarkan kita agar tidak berlaku dan berjalan lebih jauh lagi terhadap wilayah yang mereka miliki. Apalagi bermaksud ingin tahu untuk menertawakannya dan menjadikan bahan dasar “menghukumi” seseorang. Sungguh sangat ceroboh dan terlalu berani. Baiknya kita berfikir positif dan selalu fokus pada apa yang sedang kita lakukan, bukan yang orang lain alami. Karena kita hidup bukan untuk bertanggung jawab atas kehidupan yang sedang mereka perankan ; saudara, tetangga ataupun kawan. Tetapi kita hidup adalah bertanggung jawab atas peran dari diri kita masing masing. Karena Tepatnya; Saudara, tetangga dan kawan merupakan bagian dari kewajiban kita berbuat kebaikan dengan mereka dan Bukan menopang beban pertanggung kita kepada mereka apalagi sebaliknya. Pahamilah, Semua manusia memiliki kisah masing masing dan jalan cerita masing−masing. Karena semua yang berada didunia memiliki ujian yang sama lewat adegan dan peran yang berbeda.
Karena hal itulah saya sendiri kemudian lebih membebani diri saya untuk jauh fokus menggali potensi diri. Karena meskipun memiliki seorang suami, orang tua, dan kawan, bagi saya semuanya tidak akan mebantu jika bukan saya sendiri yang mengkasihani diri. Mengkasihani diri dalam hal ini yaitu tentang diri harus memiliki kualitas bermanfaat untuk banyak hal. Saya sangat kasihan kepada diri saya sendiri apabila saya hanya bisa meminta, memelas dan memohon kepada mereka. Bagi saya dengan berperilaku demikian, maka saya akan menjadi wanita yang lemah. Arti Lemah disini yaitu tidak memiliki kemampuan, daya, upaya atau bahkan tidak punya apa−apa alias bukan founder kehidupan diri sendiri. Saya tidak menginginkan hal semikian tersebut terjadi. Karena yang saya mau segala hal tentang diri saya adalah yang terbaik bagi semuanya yaitu Saya sendiri dan orang disekitar saya. Maka sayalah yang berarti harus menjadi kendali atau pemimpin atas diri saya (bukan untuk mengesampingkan iman apalagi kewajiban) lebih kepada hak kita.
Karena prinsipnya apabila kita memperbaiki diri kita maka sudah tentu kebaikan tersebut akan menjadi penerang disekeliling kita. Dan sebaliknya, Jika kita kurang merawat kebaikan dalam diri kita bagaimana bisa kita merawat kebaikan disekeliling kita? Karena merawat diri sendiri saja kualahan apalagi merawat yang lain. Oleh karenannya saya harus lebih baik karena diri saya.
Kualitas membawa kuantitas, bagi saya itu adalah hal yang senilai untuk di hargai. Karena pada dasarnya memang dengan diri berkualitas maka kuantitas tentu tidak sembarang. Didunia ini bahkan, dengan berkualitaslah satu satunya cara yang bisa menentukan segalanya bernilai tinggi maupun sebaliknya, apalagi tentang diri. Tentu saja seseorang yang berkualitas akan lebih dihargai dan lebih bernilai daripada yang hanya meminta dan memelas. Maka hal itulah yang menyadarkan saya agar tidak banyak bersifat ceroboh dan bertindak lemah.
Bagi saya kualitas diri itu lebih utama; bertindak, berkompromi, berfikir dan bernegosiasi. Baik kepada Tuhan Semesta Alam maupun kepada seluruh makhluk Nya. semua harus dilakukan dengan cara terbaik dan yang paling baik. karena bahkan jika kita melakukan hal demikian dengan cara tersebut, maka hal apa sih yang tidak bisa kita minta?. Teman yang baik, pekerjaan yang tepat, saudara yang benar, tetangga yang menghargai atau bahkan suami yang bijaksana. Semua bisa kita miliki, jika kita mau mengkualitaskan diri.
Wahay ! semua bisa didapatkan dengan menjadikan diri kita berkualitas. Berkualitaslah yang menentukan segalanya. Berkualitas yang saya maksud adalah tentang diri sendiri yaitu tepatnya jiwa bukan tentang fisik dan busana semata.
Dari kesadaran itu pula saya memahami tentang kalimat “ Apa yang ditanam menentukan apa yang dipanen”. Jika kita menanam padi maka kita akan memanennya, begitupun jika hanya menanam rumput maka rumput itulah yang kita panen. Pilihan menanam padi atau rumput adalah pilihan takdir masing−masing. Karena seperti yang telah saya sampaikan sebelumnya takdir dapat dipilih juga ada yang sudah ditetapkan. Semua tergantung dengan cara kita bertawakal dan berikhtiar.
Maka Pada intinya dari tulisan pendek ini bahwa; Semakin saya memahami lebih jauh tentang kehidupan yang sedang saya alami. Semakin saya harus banyak belajar untuk lebih baik lagi. Mengkualitaskan diri adalah salah satu cara untuk melakukan hal tersebut. Karena Tuhan Yang Maha Adil pun telah menetapka bahwa Dia akan memberi dan tidak memberi kepada siapa yang kehendaki-Nya. Sedangkan semua pemberian dari-Nya ditentukan dari seberapa kuat mereka Mengkualitaskan diri mereka sendiri. Wallahu’alam.
***
لَهُ مُعَقِّبَاتٌ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ يَحْفَظُونَهُ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ ۗ وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِقَوْمٍ سُوءًا فَلَا مَرَدَّ لَهُ ۚ وَمَا لَهُمْ مِنْ دُونِهِ مِنْ وَالٍ
"Baginya (manusia) ada malaikat-malaikat yang selalu menjaganya bergiliran, dari depan dan belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia".( Ar-Ra'd : 11)
Comments
Post a Comment
Berkomentarlah yang baik