EMBAH YANG BAIK HATI



IDE- pagi yang damai, salam keberkahan pagi ini. (widih..) pagi-pagi amat udah nulis diblog aja. Because I have a story for this morning and i hope you get the poin " the Value of this".

Setiap pagi, Diasrama saya selalu datang ibu-ibu penjual kue atau sayur-sayuran matang. Belum lama ini ada embah-embah yang baru saja memulai berjualan. Beliau sudah berumur dan fisik beliau menurut saya sebagai yang muda, adalah lemah. Namun yang membuat saya sangat inspired banget sama beliau adalah karena semangatnya untuk berjualan mencari rizky.

Setiap pagi-pagi sekali, beliau selalu menjajakan sayuran beliau yang masih segar dan masih hangat. Saya sendiri memang anaknya suka jajanan sayuran dan makanan fresh alias masih hangat, sehingga sering beli sama embah.

Beberapa hari yang lalu, saya tidak dapat membeli sayuran beliau karena tekadang saya tidak tidur diasrama. Kata teman-teman mereka sering melihat embah menunggu saya untuk keluar kamar, atau memanggil beberapa kali kearah kamar saya sambil mengucapkan “sayur ndok..sayur”. Paham memang, karena saya mungkin terbiasa membeli sayur kepada beliau, dan  kenapa beberapa hari tidak.

Ceritanya hari ini saya membeli sayur dengan embah dan tiba-tiba embah bilang “sayurnya campur enggak papa, tapi –yo harus nerimo ya ndok, ko-o saitik (ya harus nerima walau dikit).” Aku hanya bilang iya dan terimakasih keembah.

Hari-hari berikutnya, saya selalu membeli sayur keembah kembali dengan harga yang secara materil sangat sedikit. Tapi saya heran keembah, harga yang saya bayar itu sebenarnya tidak sebanding dengan apa yang embah kasih. Saya selalu bilang “sampun mbah.. niki mawon” (udah mbah ini saja). Tetapi embah selalu tersenyum dan bilang terimakasih.
(selesai ceritanya).. Tapi ada satu hal yang menarik disini.
***
Saya memiliki penilaian yang lain dari sisi cerita ini. mungkin saja penilaian itu sama seperti yang kalian tangkap. kalaupun tidak semoga penilaian ini tidak membuat orang lain salah paham.

Saya berfikir dan menilai bahwa bukan sekedar tentang si penjual dan sipembeli yang saling bertransaksi dengan baik lalu mewujudkan sebuah penjual dan pelanggan setia. Tetap bagaimana kita menerima dan memahami kebaikan seseorang, dengan kebaikan yang sebenarnya.

Banyak dari kita selalu bilang :
“hello zaman sekarang,,, mana ada yang enggak butuh uang?” (pernyataan ini saya ½ setuju),
---“ adanya juga orang yang sok baik dan punya banyak modus (tujuan tersebunyi)”, (pernyataan ini saya ½ setuju),
--- “yang ada juga, banyak orang yang ngaku bahwa dirinya itu baik”, (pernyataan ini saya ½ setuju).

Percaya memang, zaman sekarang kebaikan dan keburukan hidup menjadi satu. Berbaur dan berinteraksi tanpa bisa dibandingkan satu sama lain. Bahkan sangking dekatnya kedua sisi yang berbeda ini. Hingga kita susah membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Kita susah membedakan dalam poin ini, mana yang tulus dan tidak tulus. Mana yang baik dan tidak baik. Tapi...
Ada satu hal yang muncul dipikiran saya yang kemudian membuka mata hati saya sendiri bahwa:

 jika saya terus hidup menilai kebaikan dan keburukan orang lain. Menimbang-nimbang “oh.. ini orangnya baik, tulus, dan ini orangnya tidak baik, tidak tulus”--- Lalu, Mau sampai kapan saya melakukan hal itu dan apa manfaatnya buat saya. karena....

Semakin banyak pertimbangan yang saya lakukan dalam menilai seseorang semakin akan  menjauhkan saya untuk melakukan kebaikan dan hal inilah yang saya rasakan.

Hal ini sama seperti yang embah lakukan. Ketika embah memberikan saya sayur yang banyak dibanding harga dasar yang saya berikan. Apakah embah tidak sempat berfikir, siapakah saya?, bagaimana latar belakang saya?, bagaimana keadaan saya?. iya kalau penilaian embah memang benar tentang saya kalaupun tidak. Saya yakin yang embah fikirkan adalah bagimana bisa membantu orang lain lewat dagangan beliau.(walaupun, memang tujuannya adalah untuk berdagang dan menjajakan)

Tetapi bagaimanakah tanggapan saya dalam menyikapi hal itu. apakah saya harus memiliki fikiran yang salah tentang prilaku embah, ataukah saya harus berfikiran sebaliknya. Tentu saja saya harus berfikiran sebaliknya.

Apa salahnya jika saya menjadi pelanggan embah. Apa salahnya jika saya memakan makanan masakan embah?. Apa salahnya jika saya harus beli setiap hari sama embah? Toh yang saya makan juga sama yang dimakan manusia. Toh yang saya makan juga makanan yang sama yang dibeli ditempat lain?. Kenapa saya harus berfikir lama-lama untuk bisa membantu orang, untuk bisa berbuat baik, walaupun itu jadi pelanggannya ataupun tidak menjadi pelanggannya. mengapa saya harus melakukan penilaian itu, mengapa ?.

Karena Hal itulah kemudian yang, saya Belajar untuk tidak menilai perilaku seseorang dengan penilaian yang belum tentu ada padanya. Belajar untuk tidak menge-jugde seseorang yang kita merasa ada keanehan atau ada kesalahan yang dimilikinya. Belajar untuk tidak terlalu dan selalu menilai. Penilian boleh saja, karena manusia sangat suka dengan penilaian dan dinilai. Tetapi peniliaian yang buruk. Saya rasa setiap manusia sangat tidak menyukai dengan itu. 

Karenanya, saya ingin menilai seseorang dengan kebaikan-kebaikan. Toh melalui penilaian itu Tuhan kita yang Maha Melihat dan Maha Teliti serta Maha Mengabulkan akan melihat, meneliti dan mengabulkan penilaian yang baik kita terhadap mereka. dimana karena penilaian itulahwujud dari do'a kita kepada mereka. sehingga suatu saat penilaian yang baik itu akan tercipta dihati mereka dengan cepat maupun perlahan-lahan.

Terimakasih buat embah untuk cerita pagi ini..


See you on my next article


Comments