SI JAGUNG


IDE- happy weekend. Minggu yang sangat panjang dan penuh kesibukkan. Bagaimana dengan kalian? Pasti sangat.... (isi titik-titiknya).

Baiklah Lama rasanya saya menelantarkan blog ini (serasa apa ya..?). Oleh karena itu di hari libur ini, saya ingin menceritakan banyaaaaaak pengalaman saya tentang beberapa hal (ups) semoga aja tidak membosankan.

Sebenarnya, sudah dari kemaren saya ingin menulis (gimana ya..). saya itu, kalau enggak nulis seperti botol yang berisi air lalu diisi sampai meluap (ehm, ya seperti itulah..) kalau terlalu banyak air yang diisi tentu harus banyak botol yang disediakan. Kalau tidak ya, siap-siap aja membuang banyak air (ehm lanjut)
Seperti yang sudah saya ceritakan di artikel sebelumnya. Karena saya hanya ingin menjadikan blog ini sebagai curhat yang sehat. Maka saya akan bercerita berdasarkan pengalaman saya selama ini. Kalaupun jika ada pengalaman kalian yang lebih menarik. Kalian bisa menceritakannya dikolom komentar yang telah saya sediakan.

Kemaren tepatnya malam sabtu. Masih sempatnya kami (anak kost) membuat Jagung susu Keju (anak kostan harus ngirit ok) walaupun pada akhirnya enggak dikasih keju, hanya jagung dan susu (heh). 

Awalnya saya bertanya kepada teman satu kostan,tentang Jagung yang lagi nganggur didepan pintu. Pas lagi nanya, ternyata yang punya jagung langsung respon dan ngajakin bikin cemilan. siapa yang nolakkan ?. akhirnya segera saya mengelupas satu persatu jagungnya. sambil bercanda dengan teman satu kostan. Tiba-tiba saya teringat cerita di zaman SMA dulu tentang Jagung. Cerita ini membuat Saya seperti tersadar akan sesuatu hal akan suatu hal. Kesadaran itu membuat saya harus berfikir, “vika, you have one step closer in your goal...!” kenapa tidak, untuk segera belajar menyelesaikannnya.

Cerita itu dimulai saat waktu liburan tiba. Diwaktu SMA dulu, setelah ujian semester selesai. Saya selalu menghabiskan waktu liburan untuk pergi ke sawah. Waktu itu seingat saya adalah bulan-bulan yang akan masuk pancaroba walaupun masih ada hujan.

Pagi-pagi setelah bapak selesai memasak makan pagi. Saya dan adek akan segera sarapan. Setelah itu kami akan segera bersiap-siap untuk berangkat kesawah. Aku dan adek terbiasa dari kecil untuk pergi ke sawah atau kekebun, sekedar membantu orang tua untuk mengurus sawah ataupun ladangnya. Sebenarnya, bukan hal itu yang membuat saya mengingat masalalu. Tapi ada satu hal yang membuat saya harus teringat cerita ini.

Bapak selalu menasehati kami disela-sela kami bercanda sambil menanam jagung (ya namanya remaja dan anak-anak, cocoklah!). Beliau selalu berkata suapay kami selalu rajin belajar sehingga tidak bekerja ditempat yang seperti itu. Karena terkadang kami sering mengeluh kepanasan, capek, lapar dll (ya namanya anak-anak). Kalian tahu sendiri pesawahan itu tempat yang paling lapang. tidak ada pohon atau tempat berteduh. Sehingga hal yang sering aku dan adek lakukan jika kepanasan adalah saling tukar menukar badan untuk berteduh. terkadang nanti saya yang beridiri dan dia yang duduk disamping badan. Nanti Selang beberapa menit gantian dia yang berdiri dan aku disampingnya. (ya gitulah pokoknya). Karena bekerja disawah itu tidak mudah dan hanya mengandalkan tenaga sehingga Beliau ingin saya dan adek bisa sekolah setinggi-tingginya. agar bekerja dengan mengandalkan kemampuan otak dan skil. sehingga tidak perlu panas-panasan disawah. Pesan beliau yang selalu saya pegang hingga saat ini adalah “tuntutlah ilmu yang sebaik-baiknya, karena ilmu dapat membuat orang miskin menjadi kaya dan bodoh menjadi pintar. Sebodoh-bodohnya kalian nanti berada dilingkungan sekolah tempat kalian belajar. Itulah sepintar-pintarnya orang yang hanya hidup dirumah dan bekerja.”

Intinya, sebenarnya. Bapak tidak ingin saya dan adek hanya seperti saudara-saudara yang lain berada didesa. Pendidikan dianggap sesuatu pemborosan. Menghabis-habiskan banyak uang sedang untuk kehidupan saja serba kekurangan.

Paham memang apa yang dimaksud bapak. Seperti yang saya dan adekku alami sendiri. Pada kenyataannya hidup didesa memang susah, apalagi untuk mencari uang, sedang hidup bergantung dengan alam. Contohnya, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari penduduk didesa harus menunggu panen padi, jagung dan lainnya padahal untuk kebutuhan makan setiap hari, sedangkan kerja mereka setiap saat, pupuk harus dibeli bahkan sering dijuak mahal oleh para penjual pupuk (terdengar kabar juga subsidi pupuk akan dihapuskan). Ditambah panen padi hanya 6 bulan sekali, belum jika saat panen tiba, tanaman mereka terkena hama, dan lain sebagainya.

Lalu Bagaimana dengan dikota? Jangan ditanya lagi. Cukup kita gerakkin tangan kita untuk bekerja. Apapun pekerjaan itu, tetap akan menghasilkan uang (jangan berpikiran yang aneh, ok). Kalaupun tidak bisa berarti itu adalah pilihan masing-masing. Kalau saya sendiri? Saya lebih bisa bertahan hidup dikota dari pada didesa. Tetapi saya ingin kembali didesa daripada dikota (why). Saya punya tujuan untuk berpendidikan disini dan itulah tujuan bapak saya bela-belain saya harus sekolah tinggi.

Ketika menanam jagung. Saya memang anak yang paling banyak bertanya ini dan itu. bukan karena apa-apa sebenarnya. tapi lebih dari keingin tahuan saya mengenai suatu hal ingin  saya ketahui.

Saya selalu bertanya kepad bapak, "Mengapa ya pak, petani itu mau menanam padi, jagung dan sebagainya. Padahal kerjanya capek, panasa-panasan, kehujanan, terkadang harus menginap disawah untuk jagaain air disawah agar tidak meluap kemana-mana. Ditambah perawatannya ekstra, seperti jika menanam padi harus beli bibitnya yang agak mahal, setelah itu di rendam dulu selama satu hari satu malam. lalu pada saat di lahan sawahnya, mereka harus diluku (tanahnya dilembutin dengan diesel atau secara tradisionalnya menggunakan alat yang ditarik oleh kerbau). setelah itu benih ditabur dan ditunggu hingga tumbuh padi hijau muda. Jika telah tumbuh setengah dari betis, lahan sawah di garis perpetak kecil-kecil sehingga ditanam dengan rapi. setelah itu beberapa hari ditebar pupuk kompos dll. Proses ini semua membutuhkan waktu hingga hampir satu bulan.
Selang beberapa bulan, setelah padi mulai tumbuh subur. Maka disemprot kembali dengan obat pelindung hama (semprotan itupun menyesuaikan keadaan padi) sampai benar-benar padi itu tumbuh sehat dan berbuah. 
Selang 5 Bulanan berikutnya. Saat panen tiba, padi harus segera  diunduh jika tidak segera dipanen padi akan rusak dimakan burung dll.  Ketika panenpun perjuangan mereka belum usai. Padi harus dipisahkan antara buah dengan daunnya. jika telah terpisah satu sama lain. Maka padi harus dijemur sampai beberapa hari sehingga mereka benar-benar keras (padi yang keras saat akan dimasukkan ke mesin penggiling, maka tidak akan mudah hancur dan akan berbentuk butiran yang baik dan utuh). Inilah yang mempengaruhi harga padi selama ini. semakin utuh padi semakin baik harga jualnya.
Adapun harga jual padi yang diurus tersebut akan berbeda dengan harga jual padi yang langsung dijual kepada tengkulak. Jika dijual langsung setelah panen maka harganya murah mungkin selisih 2000-an  itupun kategori  yang paling mahal bisa kurang dibawah itu. sehingga banyak para petani yang bingung mau dijual langsung ataupun tidak harga padi tetap dihitung sama".

"kasihan ya menjadi petani pak?". pernyataan itu yang saya lontarkan ke bapak. "ya.. seperti itulah petani, jika kamu merasa susah menjadi petani. belajarlah yang benar-benar belajar. karena kalaupun kamu kerja pekerjaan bukan menjadi petani. kalaupun pada akhirnya kamu menjadi petani. kamu bisa mengaplikasikan wawasan ilmu yang kamu ketahui dengan baik".

Makanya pada saat panen padi tiba, terkadang terdengar ditelinga kita para petani menjerit dan menangis karena harga jual padi murah. (kita gitu, tinggal makan tidak harus berpikir ini dan itu). hal itu sebenarnya bukan karena semata mereka lebay atau alay (seperti yang dibilang anak muda zaman sekarang). tetapi karena mereka juga butuh makan dan butuh hasil untuk kehidupan selanjutnya yaitu mendaur ulang pesawahan mereka dari proses awal hingga akhir. Banyak para tengkulak yang dengan sangat ringannya membeli harga padi dengan sangat murah. Harga dibeli kepada petani murah tetapi harga dijual kepada pembeli mahal (karena itu aku tidak suka orang yang hanya mencari keuntungan semata). Otak ku seperti menolak ingin menghakimi mereka. walaupun mungkin? hanya beberapa orang yang melakukan itu. Tapiii kalian tahukan apa itu monopoli perdagangan?. hal itulah yang dialami para petani. 

harga dijual waktu panen murah, belum lagi nanti kalau banyak penyakit, belum lagi nanti kalau butuh pupuk yang sering petani kesusahan karena harganya tinggi, belum lagi panennya lama, belum lagi dan lagi.... 

Karena itulah. mengapa dan apa sebenarnya fungsi saya sekolah. Melalui sekolah pemikiran saya dapat berkembang. Perkembangan itulah yang mengarahkan jalan pikiran saya untuk mengarah ke yang lebih baik.

Saya punya planning. Lewat cerita itulah saya kemudian memiliki cita-cita yang sangat ingin saya wujudkan. Keinginan saya itu mungkin sebagian orang seperti tidak mungkin. Tapi bagi saya. Saya benar-benar ingin mewujudkan itu. cita-cita yang paling mendasar mendorong keinginan saya untuk mewujudkannya adalah membantu orang yang tak mampu dan tidak memiliki lapangan pekerjaan didesa. Saya ingin menciptakan lapangan pekerjaan disektor riil. Membantu pendidikan adek-adek sekolah saya yang mereka selalu curhat ke saya tak punya uang untuk sekolah. Saya tahu betapa perihnya para orang tua tidak memiliki uang untuk makan. Betapa sedihnya dampak untuk anak-anak mereka yang akhirnya tidak diperbolehkan untuk bersekolah. "jangankan untuk sekolah, bertahan hidup saja susah". Itulah yang dikoar-koarkan mereka para orang tua didesa.

Oleh karenanya, saya sangat bersyukur memiliki orang tua yang sadar pendidikan. walaupun beliau tak memiliki apapun untuk dijadikan jaminan. tetapi semangat dan niat beliaulah yang membuat saya tersadar, "tak ada yang tidak mungkin". Niatlah yang merubah segalanya, dari awal saya mendaftar kuliah hingga detik ini, seharusnya ada perubahan yang baik didiri saya. Saya ingin menjadi lebih baik dari sebelumnya dan bermanfaat untuk orang lain. 

Sehingga, alasan itulah yang ingin saya wujudkan suatu saat, insyallah...

See you on my next article....





Comments